Senin, 03 Februari 2014

PENCIFTAAN ADAM DAN FAKTA MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA


PENCIFTAAN ADAM DAN FAKTA MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA

 

Perspektif ini hanyalah persepktif yang hanya berdasar pada keterbatasan logika awam tanpa didasari  ilmu, yang tentu sebenernya akan sangat berbahaya bagi aqidah orang awan seperti kita.

 

Namun tentu disini saya sendiri mencoba menepis apa yang lahir dari pemikiran logis tersebut melalui pendekatan yang saya buat sendiri. Mengesampingkan asbabun nuzul (sebab turunnya ayat), nahwu shorof apalagi balagah – ilmu ilmu yang wajib dikuasai sebelum menelaah Al-Qur’an- yang saya nggak ngerti. Maaf yaJ

 

Namun kemudian, terlepas dengan tepat atau tidaknya jawaban yang saya dapat, kemudian apa yang saya dapat menjadi sangat rasional dan ilmiah.

 

Berawal dari ayat ke 30 Al-Qur’an surat Al Baqarah.

 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(QS Al Baqarah : 30)

 

 

Yang menjadi  perhatiannya, pada kalimat:




“…..Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi……"

 

 

The question is (pertanyaannya adalah):

 

1.Bukankah Adam pada saat pertama diciftaan untuk tinggal di surga? dan. bukankah Adam pada saat itu (awalnya) tidak tinggal di bumi, baru setelah  memakan buah yang dilarang Allah SWT  diturunkan ke bumi?..

 

Dan berikut jawaban yang saya  dapatkan :

 

  1. Allah yang Maha Tahu sudah mengetahui sebelum adam diciftakan bahwa Adam akan tergoda rayuan iblis la’natullah sehingga Adam akan diturunkan dari surga meskipun awalnya adam sempat tinggal di surga bersama istrinya Hawa dan apa yang akan terjadi sudah tertulis dalam lauhil mahfudz (kitab induk).
  2. Dan teori  kedua adalah tentang bersatunya antara langit dan bumi yang tersurat pada ayat:

 

 

 

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,………(QS Al Anbiya : 30)

 

 

Logika yang kita dapatkan adalah, jika dahulunya bumi dan langit menyatu maka ada kemungkinan dengan surga-pun menyatu, hal ini bisa kita sandarkan saat Rasulullah SAW ber-mi’raj dari masjidil aqsha ke sidratul muntaha – langit ke tujuh.  Karena itu di firmankan :

 

“…… khalifah di bumi….”

 

 (yang tentu pada saat itu keadaannya masih menyatu antara bumi dengan langit--surga--) Sehingga Allah SWT berfirman dengan kalimat :

 

“…… khalifah di bumi….”

 

 

Adapun di ayat lain QS Al Baqarah ayat 36 ada perintah dari Allah SWT untuk turun, seperti yang tertulis di bawah ini, karena memang posisi bumi tentu dibawah langit.

 

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

 

Perintah “…..Turunlah kamu!....” mengindikasikan bumi dibawah langit.

 

Namun, muncul satu pertanyaan lagi, kenapa sekarang kita tidak melihat adanya bukti yang di maksud, yaitu sebuah keadaan semesta yang  menyatu dengan langit?..

 

Jawabannya adalah, kita bisa perhatikan penemuan Edwin Hubble yang juga di dukung oleh para peneliti luas angkasa Amerika serikat, NASA.

 

Pada 9 Mei 1996 NASA mengeluarkan sebuah penemuan yang mendukung pendapat Edwin Hubble yang mengatakan bahwa alam semesta mengalami pengembangan, yang bisa dilihat dari antar galaksi yang makin saling menjauh satu sama lain. Bahkan Nasa mengukur laju percepatannya sekitar 57-80 km/sec/Mpc. Yang merupakan efek Bigbang yang terjadi ketika semesta ini terbentuk.

 

 

Dari sini kita bisa simpulkan bahwa jika suatu object mengalami pengembangan, maka unsur yang berada didalamnya akan saling makin berjauhan satu sama lain. Dan karena itulah pada saat ini kita tidak menjumpai langit dekat dengan bumi, tidak menyatu, karena ternyata semesta ini mengembang dan terus mengembang, hal ini sudah terjadi semenjak atau sebelum manusia pertama, Adam-Hawa diciftakan.

 




 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar