PENCIFTAAN ADAM DAN FAKTA MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA
Perspektif ini hanyalah
persepktif yang hanya berdasar pada keterbatasan logika awam tanpa didasari ilmu, yang tentu sebenernya akan sangat
berbahaya bagi aqidah orang awan seperti kita.
Namun tentu disini saya sendiri
mencoba menepis apa yang lahir dari pemikiran logis tersebut melalui pendekatan
yang saya buat sendiri. Mengesampingkan asbabun nuzul (sebab turunnya ayat),
nahwu shorof apalagi balagah – ilmu ilmu yang wajib dikuasai sebelum menelaah
Al-Qur’an- yang saya nggak ngerti. Maaf yaJ
Namun kemudian, terlepas dengan
tepat atau tidaknya jawaban yang saya dapat, kemudian apa yang saya dapat
menjadi sangat rasional dan ilmiah.
Berawal dari ayat ke 30 Al-Qur’an
surat Al
Baqarah.
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(QS Al Baqarah : 30)
Yang menjadi perhatiannya, pada kalimat:
“…..Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi……"
The question is (pertanyaannya adalah):
1.Bukankah Adam pada saat pertama diciftaan
untuk tinggal di surga? dan. bukankah Adam pada saat itu (awalnya) tidak tinggal
di bumi, baru setelah memakan buah yang
dilarang Allah SWT diturunkan ke bumi?..
Dan berikut jawaban
yang saya dapatkan :
- Allah yang Maha Tahu sudah mengetahui
sebelum adam diciftakan bahwa Adam akan tergoda rayuan iblis la’natullah sehingga Adam akan
diturunkan dari surga meskipun awalnya adam sempat tinggal di surga
bersama istrinya Hawa dan apa yang akan terjadi sudah tertulis dalam
lauhil mahfudz (kitab induk).
- Dan teori kedua adalah tentang bersatunya antara
langit dan bumi yang tersurat pada ayat:
Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu,………(QS Al Anbiya : 30)
Logika yang kita
dapatkan adalah, jika dahulunya bumi dan langit menyatu maka ada kemungkinan
dengan surga-pun menyatu, hal ini bisa kita sandarkan saat Rasulullah SAW ber-mi’raj
dari masjidil aqsha ke sidratul muntaha – langit ke tujuh. Karena itu di firmankan :
“……
khalifah di bumi….”
(yang tentu pada saat itu keadaannya masih
menyatu antara bumi dengan langit--surga--) Sehingga Allah SWT berfirman dengan
kalimat :
“……
khalifah di bumi….”
Adapun di ayat
lain QS Al Baqarah ayat 36 ada perintah dari Allah SWT untuk turun, seperti
yang tertulis di bawah ini, karena memang posisi bumi tentu dibawah langit.
Lalu
keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan."
Perintah “…..Turunlah kamu!....” mengindikasikan
bumi dibawah langit.
Namun, muncul
satu pertanyaan lagi, kenapa sekarang kita tidak melihat adanya bukti yang di
maksud, yaitu sebuah keadaan semesta yang menyatu dengan langit?..
Jawabannya
adalah, kita bisa perhatikan penemuan Edwin Hubble yang juga di dukung oleh
para peneliti luas angkasa Amerika serikat, NASA.
Pada 9 Mei 1996
NASA mengeluarkan sebuah penemuan yang mendukung pendapat Edwin Hubble yang
mengatakan bahwa alam semesta mengalami pengembangan, yang bisa dilihat dari
antar galaksi yang makin saling menjauh satu sama lain. Bahkan Nasa mengukur
laju percepatannya sekitar 57-80 km/sec/Mpc. Yang merupakan efek Bigbang yang
terjadi ketika semesta ini terbentuk.
Dari sini kita
bisa simpulkan bahwa jika suatu object mengalami pengembangan, maka unsur yang
berada didalamnya akan saling makin berjauhan satu sama lain. Dan karena itulah
pada saat ini kita tidak menjumpai langit dekat dengan bumi, tidak menyatu,
karena ternyata semesta ini mengembang dan terus mengembang, hal ini sudah
terjadi semenjak atau sebelum manusia pertama, Adam-Hawa diciftakan.